Minggu, 13 Maret 2016

Tumbuhan Merambat


Cara Menanam Buah Anggur Yang Baik



cara menanam anggur di pot
Buah anggur adalah salah satu tumbuhan merambat. Buah ini biasanya dikonsumsi langsung atau bisa juga diolah menjadi jus atau untuk bahan campuran makanan lainnya. Buah ini juga bisa diolah menjadi kismis. Rasanya manis dan sedikit kecut. Bentuknya juga bulat dan ada juga yang lonjong dan warnanya bervariasi. Ada yang warna merah, ungu, dan hijau. Buah anggur mengandung vitamin yang dapat mencegah terkena kanker dan juga penyakit lainnya. Selain itu juga bermanfaat sebagai anti radikal bebas. Cara penanamannya sendiri macam-macam. Ada yang cara menanam anggur di pot atau dirambatkan langsung di halaman rumah.
Dengan ditanam di dalam pot, kita bisa mendapatkan keindahannya juga. Karena tanaman ini termasuk tanaman merambat, maka buah akan bergelantungan sehingga tampak unik. Jadi selain untuk dibudidayakan, cara menanam anggur di pot juga bisa untuk menghiasi halaman rumah anda. Namun cara menanam anggur dalam pot tidak bisa sembarangan. Karena ada beberapa hal yang perlu diperhatikan supaya tanaman buah anggur dapat tumbuh dengan baik. Dari pemilihan pot, media tanam, hingga perawatannya juga perlu dilakukan dengan benar. Karena menanam anggur sendiri jika ingin hasilnya baik, caranya berbeda dengan menanam tumbuhan yang lainnya.
Langkah pertama cara menanam anggur di pot adalah memilih pot yang tepat. Dari berbagai jenis pot yang ada, jenis pot yang cocok untuk tanaman anggur adalah yang terbuat dari bahan dasar tanah. Karena pot dari tanah memiliki pori-pori di bagian dasarnya yang bisa menyerap air. Sehingga pengaruhnya cukup baik untuk menanam anggur. Pilih juga model pot yang bagus karena cara tumbuh tanaman anggur ini yang unik, ditambah dengan pot yang bagus bisa membuat tampilan menjadi lebih cantik. Pilih pot yang ukuran diameternya lebih besar dari permukaan dasarnya atau bisa juga ukurannya sama besar.
Selain itu, akar tanaman juga tidak mudah kering jika terlambat dalam memberikan air dan juga tidak lembab jika terlalu banyak memberikan air. Jadi disarankan untuk pilih pot yang bagus dengan bahan dasar dari tanah. Langkah cara menanam anggur di pot selanjutnya adalah media tanam. Media tanam yang digunakan untuk cara tanam anggur dalam pot harus sesuai dengan karakteristik dari tanaman anggur itu sendiri. Media tanam yang cocok untuk menanam anggur adalah pasir dan juga pupuk kandang. Pasir mudah ditembus air dan juga akar buah anggur. Sebelum bibit anggur dimasukkan ke dalam pot, terlebih dahulu masukkan pasir dan pupuk kandang yang sudah dicampur dengan rata. Untuk lebih bagus lagi, 1/3 pot diisi tanah gambut. Agar bisa menghambat air keluar dari pot.
Cara menanam anggur dalam pot adalah langkah pertama, masukkan terlebih dahulu batu bata yang sudah dipecah menjadi kecil-kecil dimasukkan ke dasar pot. Batu bata bisa diganti dengan genting. Lalu media tanam yang sudah dicampur dengan rata tadi dimasukkan ke dalam pot. Lalu isi sampai penuh. Setelah itu buat lubang untuk menanam anggur di tengahnya dengan ukuran lebih besar dari polybag yang digunakan bibit anggur.
Lalu cara tanam anggur dalam pot berikutnya, masukkan bibit anggur yang sudah dilepas dari polybag ke dalam lubang di dalam pot tersebut. Atur posisi tanaman supaya tegak. Lalu tutup lagi permukaan media tanam. Selanjutnya siram dan ketinggian tanah akan menurun sampai 5 cm dari pinggir pot karena pemadatan pada media tanam. Terakhir, letakkan tanaman di tempat dengan pencahayaan matahari penuh. Demikian informasi mengenai cara menanam anggur di pot. Semoga informasi ini bisa membantu anda mengetahui menanam anggur di pot dengan benar.

Senin, 21 September 2015

Sejarah Kota Bogor


http://202.46.1.95/images/logo-kota-bogor.png

Hampir secara umum penduduk Bogor mempunyai keyakinan bahwa Kota Bogor mempunyai hubungan lokatif dengan Kota Pakuan, ibukota Pajajaran. Asal-usul dan arti Pakuan terdapat dalam berbagai sumber. Di bawah ini adalah hasil penelusuran dari sumber-sumber tersebut berdasarkan urutan waktu:

Naskah Carita Waruga Guru (1750-an). Dalam naskah berbahasa Sunda Kuna ini diterangkan bahwa nama Pakuan Pajajaran didasarkan bahwa di lokasi tersebut banyak terdapat pohon Pakujajar.

 

K.F. Holle (1869). Dalam tulisan berjudul De Batoe Toelis te Buitenzorg (Batutulis di Bogor), Holle menyebutkan bahwa di dekat Kota Bogor terdapat kampung bernama Cipaku, beserta sungai yang memiliki nama yang sama. Di sana banyak ditemukan pohon paku. Jadi menurut Holle, nama Pakuan ada kaitannya dengan kehadiran Cipaku dan pohon paku. Pakuan Pajajaran berarti pohon paku yang berjajar ("op rijen staande pakoe bomen").

G.P. Rouffaer (1919) dalam Encyclopedie van Niederlandsch Indie edisi Stibbe tahun 1919. Pakuan mengandung pengertian "paku", akan tetapi harus diartikan "paku jagat" (spijker der wereld) yang melambangkan pribadi raja seperti pada gelar Paku Buwono dan Paku Alam. "Pakuan" menurut Fouffaer setara dengan "Maharaja". Kata "Pajajaran" diartikan sebagai "berdiri sejajar" atau "imbangan" (evenknie). Yang dimaksudkan Rouffaer adalah berdiri sejajar atau seimbang dengan Majapahit. Sekalipun Rouffaer tidak merangkumkan arti Pakuan Pajajaran, namun dari uraiannya dapat disimpulkan bahwa Pakuan Pajajaran menurut pendapatnya berarti "Maharaja yang berdiri sejajar atau seimbang dengan (Maharaja) Majapahit". Ia sependapat dengan Hoesein Djajaningrat (1913) bahwa Pakuan Pajajaran didirikan tahun 1433.

 

R. Ng. Poerbatjaraka (1921). Dalam tulisan De Batoe-Toelis bij Buitenzorg (Batutulis dekat Bogor) ia menjelaskan bahwa kata "Pakuan" mestinya berasal dari bahasa Jawa kuno "pakwwan" yang kemudian dieja "pakwan" (satu "w", ini tertulis pada Prasasti Batutulis). Dalam lidah orang Sunda kata itu akan diucapkan "pakuan". Kata "pakwan" berarti kemah atau istana. Jadi, Pakuan Pajajaran, menurut Poerbatjaraka, berarti "istana yang berjajar"(aanrijen staande hoven).

H. Ten Dam (1957). Sebagai Insinyur Pertanian, Ten Dam ingin meneliti kehidupan sosial-ekonomi petani Jawa Barat dengan pendekatan awal segi perkembangan sejarah. Dalam tulisannya, Verkenningen Rondom Padjadjaran (Pengenalan sekitar Pajajaran), pengertian "Pakuan" ada hubungannya dengan "lingga" (tonggak) batu yang terpancang di sebelah prasasti Batutulis sebagai tanda kekuasaan. Ia mengingatkan bahwa dalam Carita Parahyangan disebut-sebut tokoh Sang Haluwesi dan Sang Susuktunggal yang dianggapnya masih mempunyai pengertian "paku".

 

Ia berpendapat bahwa "pakuan" bukanlah nama, melainkan kata benda umum yang berarti ibukota (hoffstad) yang harus dibedakan dari keraton. Kata "pajajaran" ditinjaunya berdasarkan keadaan topografi. Ia merujuk laporan Kapiten Wikler (1690) yang memberitakan bahwa ia melintasi istana Pakuan di Pajajaran yang terletak antara Sungai Besar dengan Sungai Tanggerang (disebut juga Ciliwung dan Cisadane). Ten Dam menarik kesimpulan bahwa nama "Pajajaran" muncul karena untuk beberapa kilometer Ciliwung dan Cisadane mengalir sejajar. Jadi, Pakuan Pajajaran dalam pengertian Ten Dam adalah Pakuan di Pajajaran atau "Dayeuh Pajajaran".

Sebutan "Pakuan", "Pajajaran", dan "Pakuan Pajajaran" dapat ditemukan dalam Prasasti Batutulis (nomor 1 & 2) sedangkan nomor 3 bisa dijumpai pada Prasasti Kebantenan di Bekasi.

 

Dalam naskah Carita Parahiyangan ada kalimat berbunyi "Sang Susuktunggal, inyana nu nyieunna palangka Sriman Sriwacana Sri Baduga Maharajadiraja Ratu Haji di Pakwan Pajajaran nu mikadatwan Sri Bima Punta Narayana Madura Suradipati, inyana pakwan Sanghiyang Sri Ratu Dewata" (Sang Susuktunggal, dialah yang membuat tahta Sriman Sriwacana (untuk) Sri Baduga Maharaja Ratu Penguasa di Pakuan Pajajaran yang bersemayam di keraton Sri Bima Punta Narayana Madura Suradipati, yaitu pakuan Sanghiyang Sri Ratu Dewata).

 

Sanghiyang Sri Ratu Dewata adalah gelar lain untuk Sri Baduga. Jadi yang disebut "pakuan" itu adalah "kadaton" yang bernama Sri Bima dan seterunya. "Pakuan" adalah tempat tinggal untuk raja, biasa disebut keraton, kedaton atau istana. Jadi tafsiran Poerbatjaraka lah yang sejalan dengan arti yang dimaksud dalam Carita Parahiyangan, yaitu "istana yang berjajar". Tafsiran tersebut lebih mendekati lagi bila dilihat nama istana yang cukup panjang tetapi terdiri atas nama-nama yang berdiri sendiri. Diperkirakan ada lima (5) bangunan keraton yang masing-masing bernama: Bima, Punta, Narayana, Madura dan Suradipati. Inilah mungkin yang biasa disebut dalam peristilahan klasik "panca persada" (lima keraton). Suradipati adalah nama keraton induk. Hal ini dapat dibandingkan dengan nama-nama keraton lain, yaitu Surawisesa di Kawali, Surasowan di Banten dan Surakarta di Jayakarta pada masa silam.

 

Karena nama yang panjang itulah mungkin orang lebih senang meringkasnya, Pakuan Pajajaran atau Pakuan atau Pajajaran. Nama keraton dapat meluas menjadi nama ibukota dan akhirnya menjadi nama negara. Contohnya : Nama keraton Surakarta Hadiningrat dan Ngayogyakarta Hadiningrat, yang meluas menjadi nama ibukota dan nama daerah. Ngayogyakarta Hadiningrat dalam bahasa sehari-hari cukup disebut Yogya.

 

Pendapat Ten Dam (Pakuan = ibukota ) benar dalam penggunaan, tetapi salah dari segi semantik. Dalam laporan Tome Pires (1513) disebutkan bahwa bahwa ibukota kerajaan Sunda itu bernama "Dayo" (dayeuh) dan terletak di daerah pegunungan, dua hari perjalanan dari pelabuhan Kalapa di muara Ciliwung. Nama "Dayo" didengarnya dari penduduk atau pembesar Pelabuhan Kalapa. Jadi jelas, orang Pelabuhan Kalapa menggunakan kata "dayeuh" (bukan "pakuan") bila bermaksud menyebut ibukota. Dalam percakapan sehari-hari, digunakan kata "dayeuh", sedangkan dalam kesusastraan digunakan "pakuan" untuk menyebut ibukota kerajaan.

Untuk praktisnya, dalam tulisan berikut digunakan "Pakuan" untuk nama ibukota dan "Pajajaran" untuk nama negara, seperti kebiasaan masyarakat Jawa Barat sekarang ini.